Pernah masuk
perpustakaan??
Pernah lihat label angka di punggung buku seperti gambar di
bawah ini?
Label buku
Kombinasi angka berderet,yang tidak bisa di eja dengan
persepuluh atau perseratus,serta huruf yang tidak bisa di sebut sebagai kata.
Dan yang jelas membuat bertanya, ini apa??
Ini adalah kode (sstt) kode rahasia.
Di dalam ilmu perpustakaan itu dinamakan label buku, sedang notasi angka dan huruf itu dinamakan call
number (nomor panggil), notasi angka itu disebutklasifikasi.
Seluruh kertas yang ditempel di punggung buku dinamakan label
buku, label buku memuat call number atau nomor panggil. Nomor panggil digunakan untuk mencari buku
didalam rak, atau menanyakan lokasi rak kepada pustakawan. Jadi kenapa di
komputer pencarian buku disediakan kertas-kertas kecil, itu berfungsi agar kamu
bisa mencatat nomor panggil sebuah buku. Setelah dicatat, lanjut deh menuju
rak.
Trus, apa sih maksud dari angka dan huruf di label buku itu?
Notasi perpaduan antara angka dan huruf itu berasal dari proses
klasifikasi. Klasifikasi merupakan proses pengelompokan buku berdasarkan
subjeknya. Sederhananya gini, semua siswa yang jago IPA memilih IPA sebagai
jurusan, jadi mereka masuk kelas IPA, sedang yang jago IPS masuk ke kelas IPS.
Mulai paham?
Buku yang terbit diseluruh dunia ini mempunyai subjek tertentu,
subjek ditentukan dari buku itu lebih condong masuk ke pembahasan apa.
Contohnya sebuah buku berjudul “Politik di Mata Rakyat Jelata”, yang paling
dominan adalah politik, maka subjeknya politik.
Trus, abis ketemu subjek-nya diapain dong?
Kalau subjek udah ketemu, langsung deh buka alkitab
perpustakaan, tapi pustakawan senior biasanya langsung bisa menentukan notasi
angka untuk sebuah buku, karena mereka lebih expert. Kami, para pustakawan memiliki dua alkitab dan ini merupakan
ilmu pasti yang tidak dapat dirubah oleh siapapun, kecuali suatu perpustakaan
mengambil kebijakan untuk memudahkan pemakai. Dua alkitab itu bernama Dewey Decimal
Classification dan Universal Decimal Classification.
Didalam buku tebal itu terdapat banyak angka, dan banyak subjek.
Penggunaannya sederhana, kamu tinggal mencari dimana letak kata politik yang
tadi telah kamu tentukan sebagai subjek. Kalau udah ketemu, kata politik disana
bernomor berapa??
Dan selamat, kamu sudah menemukan nomor klasifikasinya.
Lanjut, abis itu yang huruf tadi apaan?
Oke, gambar di atas yang aku gunakan, merupakan sebuah Novel
karya Dee (Dewi Lestari) dengan judul Filosofi Kopi. Nama pengarang dan judul
buku itu penting juga lho, dalam proses pemberian call number.
Di buku itu tertulis, 82-32 Dee f(06)-1 , penjelasannya adalah :
82-32 = adalah nomor klasifikasi untuk Filosofi Kopi, karena dia
masuk ke dalam sastra, maka diambil nomor kelas 82 (ini menggunakan Universal Decimal
Classification, jika menggunakan Dewey Decimal Classification akan masuk ke kelas
800,untuk perbedaan sistem klasifikasi akan aku bahas dipostingan berikutnya).
Dee = 3 huruf depan nama pengarang, kalo pengarangnya misalkan,
Jung Yonghwa, nanti tertulis Jun atau Yon (dibeberapa perpustakaan nama pengarang
ada yang dibalik, ada yang tidak, semua tergantung kebijakan perpustakaan itu
sendiri).
f = 1 huruf depan judul buku (harus selalu ditulis dengan huruf
kecil).
(06) = cetakan pertama dari buku itu, kebetulan Filosofi Kopi
ini cetakan pertamanya tahun 2006.
-1 = kode eksemplar ke berapa. Biasanya sebuah perpustakaan,
memiliki satu judul buku dengan banyak eksemplar, untuk memudahkan melihat
ketersediaan buku, harus diberi nomor eksemplar. Hal ini memudahkan pustakawan
untuk mengetahui, eksemplar keberapa yang dipinjam, rusak, atau hilang.
Trus, abis itu??
Nah, kalau udah tahu teorinya, ini bakal bikin kamu mudah untuk
menemukan buku yang kamu cari. Karena, jika kamu berada di kelas 800, semua
yang terpajang disana adalah buku sastra, dan begitu juga di kelas lainnya.
Nah, notasi huruf pertama (nama pengarang) itu juga ada
fungsinya looh, fungsinya menata buku dengan berdasarkan alfabet.
Jadi, harus urut ya? Angka dan hurufnya?
Iyah,bener banget. Penataan di rak harus urut, walau kadang
pemakai tidak memperhatikannya. Makanya kenapa para pustakawan meminta kamu
untuk ga’ boleh menata buku sendiri, selalu ada space dengan tulisan “tempat
buku selesai baca”.
Urutannya, pertama ditentukan dari nomor kelasnya, buku dengan
nomor kelas 800 dijadikan satu, buku dengan kelas 801, dijadikan satu. Otomatis
penataannya dirak begini, kelas 800 dari A-Z, diikuti kelas 801 dari A-Z,
begitu seterusnya.
Ohh gitu ya, kalau tahu, mudah yaa?
Mudah?? Emmm, klasifikasi merupakan bagian yang paling sulit
dalam ilmu perpustakaan, juga salah satu inti dari ilmu perpustakaan, karena
jika kamu salah menentukan subjek dan nomor klasifikasi, maka kacaulah
perpustakaan itu, walau pemakai tidak tahu.
Jadi, jika ada orang yang berpikir pustakawan hanya menata dan
merapikan buku, emmm coba deh cari di search engine, apa aja sih kegiatan mereka. Bahkan hal sesepele menata buku,
itu ada ilmu nya lhoo.
Masih banyak hal menarik di bidang ilmu dan profesi yang satu
ini, lain kali aku akan menambah postingan tentang dunia perpustakaan dan
pustakawan. Untuk kamu, yang sampai saat ini masih menganggap pustakawan hanya
seorang penjaga perpustakaan, semoga postingan ini mengubah pola pikir kamu
selama ini.
Salam,
Your Favorite Librarian