Perpustakaan

Perpustakaan

Cari Blog Ini

Senin, 19 September 2016

TRANSFUSI DARAH


Transfusi Darah

Transfusi darah adalah prosedur memasukkan darah dari seorang donor atau darah yang telah didonorkan oleh sang penerima (transfusi autologus) kedalam aliran darah. Hal ini merupakan bentuk terapi yang sangat efektif dan telah menyelamatkan banyak jiwa orang-orang yang menderita syok, pendarahan, atau penyakit darah. Transfusi darah dilakukan secara rutin dalam operasi, trauma, pendarahan dalam, dan kelahiran bayi yang melibatkan kehilangan darah yang banyak.
Pada abad ke-17, seorang dokter Perancis Jean-Baptiste Denis melakukan transfusi yang pertama kali dicatat dengan menginfus darah domba ke dalam manusia. Percobaan-percobaan selanjutnya juga tidak sukses. Bahkan saat darah manusia digunakan, kebanyakan dari penerima meninggal dunia karena ketidakcocokan darah. Dengan penemuan kelompok darah dan pengenalan penggolongan darah pada abad ke-20, transfusi menjadi sering berhasil.
Transfusi masih cenderung menyebabkan pertumbuhan sensitifitas dan meningkatkan kemungkinan sang penerima akan bereaksi terhadap transfusi-transfusi berikutnya. Perpindahan virus hepatitis merupakan risiko besar hingga sebuah metode memeriksa darah untuk inefektifitas dikembangkan pada tahun 1960-an; namun beberapa jenis hepatitis tidak terdeteksi oleh tes ini. Pada tahun 1985 sebuah tes dikenalkan yang menyaring darah sumbangan untuk antigen yang dihubungkan dengan AIDS (acquired immune deficiency syndrome ).
Bagi sebagian besar abad ini, transfusi dilakukan dengan darah murni. Metode memisahkan darah kepada komponen-komponennya dilakukan pada tahun 1960-an. Antara 1970 dan 1980 penggunaan komponen-komponen darah ini menjadi lebih sering daripada penggunaan darah murni. Penggantian dengan sel-sel darah merah yang dipaket (sel-sel darah pekat yang telah dipisahkan dari plasma darah) sekarang merupakan pengobatan yang dipilih untuk kebanyakan kehilangan darah disebabkan oleh kecelakaan atau operasi.
Dalam beberapa kasus, volume darah yang beredar dapat dikurangi oleh hilangnya cairan, tapi sedikit atau tidak ada sel-sel darah merah yang hilang. Contohnya, hal ini dapat terjadi tidak lama setelah luka bakar berat, saat peritonitis, dan setelah sebuah anggota badan menderita kecelakaan tabrakan. Tujuan dari transfusi pada kasus-kasus ini adalah untuk membawa jumlah cairan yang beredar kembali atau menuju normal. Untuk transfusi seperti ini sel-sel darah merah tidak diperlukan; plasma atau, lebih baik, albumin serum (turunan plasma), lebih pantas. Plasma segar yang dibekukan dapat disimpan sampai satu tahun, namun tetap memiliki potensi memindahkan hepatitis dan paling baik digunakan hanya saat faktor-faktor penggumpal darah (protein-protein dalam darah yang membantu proses penggumpalan) dibutuhkan. Larutan albumin, dipihak lain, digunakan dengan dipanaskan untuk menghancurkan
ketidak-efektifan hepatitis. Hal ini dilakukan dalam penanganan shock dan luka bakar, dan pada beberapa pasien yang menderita penyakit hati dan ginjal. Bagian dari plasma yang tidak begitu murni adalah fraksi plasma protein dan dapat digunakan untuk banyak tujuan yang sama.
Faktor-faktor penggumpal yang dipisahkan dari darah digunakan untuk mengobati beberapa kelainan pendarahan turunan seperti hemofilia. Pasien yang menjalani kemoterapi untuk kanker dapat memiliki trombosit (komponen darah yang kecil yang membantu mencegah atau menghentikan pendarahan) terlalu sedikit, baik secara terpisah maupun sebagai bagian dari proses penggumpalan; para pasien ini dapat diberikan suntikan trombosit untuk mempercepat penggumpalan.
Berbagai macam pengganti plasma sintetis, seperti senyawa karbohidrat dextran, seperti halnya berbagai larutan garam, telah digunakan pada tahun-tahun belakangan ini untuk menambah kadar cairan darah yang sering turun secara drastis pada kasus-kasus kejutan mendadak. Zat-zat ini, disebut pembesar volume plasma, lebih banyak tersedia daripada produk-produk darah. Diakhir tahun 1970-an, sebuah zat sintetis pembawa darah disebut Fluosol - DA, sebuah hidrokarbon yang difluorinisasi, dengan suksesnya digunakan pada beberapa pasien yang tidak dapat atau tidak mau menerima transfusi dari produk-produk darah alami. Riset juga tengah diadakan untuk melihat cara-cara merubah satu jenis darah ke jenis lain; bila dapat, proses ini akan membantu meningkatkan persediaan produk
darah ke seluruh pasien.
Walaupun darah dapat dipindahkan secara langsung, praktek yang umumnya dilakukan di ruma  sakit adalah menggunakan darah yang telah dikumpulkan sebelumnya dan disimpan dalam bank darah. Penggunaan penyimpanan darah dimulai saat Perang Dunia I, namun bank darah berskala besar pertama tidak didirikan sampai tahun 1937, di Chicago, AS. Banyak rumah-rumah sakit sekarang memiliki bank darah
masing-masing, menggunakan lebih dari 98% donor sukarela. Seorang donor menyediakan kira-kira 1 pint setiap saatnya dan contoh-contoh juga diambil untuk menentukan jenis golongan darah dan pemeriksaan darah.
--------------------------------------------
Informasi yang ada di sini bukan sebagai pengganti anjuran dan terapi yang diberikan oleh dokter, namun diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kondisi medis tertentu yang Anda perlukan. Sebaiknya Anda tetap mengkonsultasikan masalah medis dengan dokter keluarga Anda.

Tidak ada komentar: