Anemia kekurangan zat besi disebabkan olah kurangnya
persediaan zat besi dalam tubuh. Besi biasanya disimpan dengan jumlah yang
cukup pada sumsum tulang, hati dan kelenjar limpa untuk ditarik secara teratur
guna pembuatan hemoglobin. Zat besi yang telah dipakai diganti lagi saat
makanan bermineral dicerna atau saat sel darah merah pecah dan zat besi mereka
didaur ulang. Bila ada peristiwa yang mengganggu proses ini, terjadilah anemia.
Kekurangan persediaan besi yang cukup paling sering disebabkan oleh perdarahan,
karena sel-sel darah merah itu sendiri adalah penyimpan zat besi di dalam
tubuh. Pada wanita, anemia karena kurang zat besi umumnya diakibatkan oleh
perdarahan waktu haid; bahkan haid normal dapat menghabiskan persediaan zat
besi selama berbulan-bulan dan mengakibatkan anemia kekurangan zat besi yang
parah.
Anemia kekurangan zat besi bisa juga berasal dari kehilangan darah lewat sistem
usus dan lambung karena ulkus, tumor ataupun kondisi peradangan. Perdarahan
karena wasir kadang-kadang bisa cukup parah dan dapat menyebabkan anemia,
sementara kehilangan darah dari sistem saluran kemih atau pernafasan juga
mungkin, tetapi jarang. Begitu pula, namun sangat jarang terjadi anemia
kekurangan zat besi yang diakibatkan jumlah besi tak cukup dalam menu makanan
semata.
Umumnya, anemia kekurangan zat besi pada pria atau wanita tanpa haid harus
diselidiki untuk menemukan sebabnya yang tersembunyi, karena kanker usus besar
yang belum terdeteksi atau kondisi serius serupa lainnya yang mengakibatkan
kehilangan darah mungkin terjadi. Perdarahan dari sistem usus dan lambung bisa
kadang-kadang diketahui dari kotoran yang hitam, lengket atau mengandung darah
merah, tetapi penyakit ini juga bisa tersembunyi dan tidak menunjukkan gejala
apapun, terutama jika kehilangan darah tersebut berlangsung lambat (kronis).
Diagnosa anemia kekurangan zat besi dipikirkan saat kehilangan darah dan anemia
terjadi. Anemia kekurangan zat besi seringkali diiringi sel-sel darah merah
yang lebih kecil dari normal (mikrositik) dan di bawah hemoglobin normal
(hipokromik). Diagnosa anemia kekurangan zat besi ditegaskan dengan tes kimia
yang menunjukkan penurunan jumlah besi di dalam tubuh. Tes yang paling sering
digunakan adalah pengukuran ferritin - bahan campuran pembawa besi dalam plasma
darah - dan kadar besi serum yang sama-sama akan menjadi rendah sewaktu terjadi
anemia kekurangan zat besi. Pemeriksaan sumsum tulang untuk penyakit ini akan
selalu menunjukkan
ketiadaan zat besi dalam pewarnaan khusus pulasan sumsum tulang untuk memeriksa
adanya besi. Namun, tes sumsum tulang biasanya tidak diperlukan untuk
mendiagnosa anemia kekurangan besi, karena ferritin dan besi serum sudah dapat
menegaskan diagnosa tersebut.
Perawatan anemia kekurangan besi meliputi konsumsi suplemen zat besi, namun ini
biasanya tidak cukup; adalah keharusan untuk menemukan sebab yang mendasari
anemia kekurangan besi, terutama pada semua pria dan wanita tanpa haid.
Perawatan tambahan untuk jenis anemia ini bergantung pada sebab khusus
perdarahan: ulkus pada saluran pencernaan harus dirawat dengan satu cara,
kanker usus besar dengan cara lainnya. Jika ternyata tidak ada perdarahan
terus-menerus, anemia diobati dengan suplemen besi yang diminum selama 12
bulan, tidak hanya untuk menyembuhkan anemia tetapi juga untuk mengisi kembali
persediaan zat besi tubuh.
Pada kasus-kasus parah anemia kekurangan besi yang berkaitan dengan perdarahan
terus-menerus atau tanda-tanda gagal jantung, transfusi darah juga diperlukan.
Kekurangan zat besi karena haid biasanya bisa dicegah dengan penggunaan
suplemen zat besi. Konsumsi rutin suplemen zat besi juga mencegah kebanyakan
kasus anemia kekurangan zat besi selama kehamilan. Seperti telah disebutkan,
persediaan zat besi yang tidak cukup jarang disebabkan jumlah zat besi yang
tidak cukup dalam menu. Konsumsi zat besi yang cukup diberikan oleh menu yang
mencakup daging dan sayuran berdaun hijau.
Anemia kekurangan zat besi terjadi lebih sering pada wanita daripada pria,
karena kehilangan darah akibat haid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar